Kamis, 13 Januari 2011

KASIH TAK SAMPAI


Aku bernama Ratih, usia 25 tahun, bekerja di sebuah perusahaan x. Aku memiliki pengalaman yang indah disaat Aku duduk dibangku kuliah. Iya, masa kuliah merupakan  masa yang tak pernah Aku lupakan karena Aku bertemu dengan seseorang yang manis dan memiliki badan yang tak terlalu tinggi. Ia sangat sederhana, pintar, pendiam, dan sangat dewasa. Ia bernama Nn. Kita satu almamater di suatu Kota .
**
Suatu malam Nn main kerumah Aku. Sikapnya yang malu-malu kuncing membuat Aku salah tingkah. Ia bertemu dengan Ibu dan Keluargaku. Wajahnya sangat gugup dan sedikit bicara tak seperti biasanya ketika berbicara melalui telepon. Omongannya sungguh dewasa dan berbobot. Ia menceritakan keluarganya kepada Ibu dan Keluargaku.  Aku hanya bergumam dalam hati, “Ehm, anak ini lucu dan cerdas.   Tak terasa , hari semakin malam, Iapun berpamitan. Ada satu kata yang membuat Aku tersenyum “Kamu keluarga kecil Bahagia.”

Setelah pertemuan itu, Ia sering menghubungi Aku melalui telepon maupun sms.  Ia sering  mengirim Salam Manis buat Aku . Ia juga sering Missed Call tiap pukul 2 pagi. Katanya, membangunkan Aku untuk Shalat Malam. 

Suatu saat, Aku berani bertanya kepadanya, Apa arti salam darinya buat Aku.  Lucu Dia, malahan balik tanya “Mungkin salam sebagai Teman atau…?”. “Betul, 100 buat Mas Nn itu salam sebagai teman. Tak hanya itu, Aku juga bertanya “Kenapa Missed Call tiap  jam dua pagi?’. Ia malah menjawab, “Oh,…..Kamu terganggu, Ya sudah, saya berjanji gak akan missed call lagi.” Semenjak dari situlah Ia tak pernah lagi mengrim kata Salam Manis dan Missed call, tapi Ia tetap telepon dan sms. Bahkan, tiap hari ulang tahun Aku , Ia tak lupa untuk memberi ucapan selamat.  

Sikapku yang  jaim , cuek, dan tak peka, tak membuat Ia mundur, malah lebih sering hubungi Aku. Tahun telah berganti, Kita telah menjalin komunikasi selama 3 tahun, Ia pun telah lulus dari kuliahnya, Kami selisih lima tahun. Intensitas komunikasi kita semakin menurun, sebulan sekali Ia menghubungi Aku semenjak Ia sibuk mencari kerja dan Aku konsentrasi dengan tulisan-tulisan dan setumpuk teori  untuk pembuatan skripsi.
Setelah 3 tahun Kami tak pernah bertemu, pada sore hari di kampus Kami, Aku bertemu denganya tanpa sengaja, Kala itu, Aku dengan adikku.  Kami saling bertatap muka, bola mata kami saling bertemu, Kami ngobrol. Bodohnya Aku, menyudahi pembicaraan diantara kami.
***
Seperti biasanya Ia menghubungi Aku, tapi kali ini Ia menghubungiku untuk mengabarkan kalau Ia telah diterima kerja di sebuah perusahaan ternama. Ia pun menanyakan kabar skiripsiku. Ia berpamitan denganku dan berjanji akan main kerumah.   Ia sempat  berbicara dengan ku”Tolong Kamu peka dengan seseorang yang mendekati kamu, bukakan pintu hatimu, dek Ratih, jangan kayak saya yang malu untuk berbicara mengenai perasaan.”Aku hanya tertawa. Lagi-lagi bodohnya Aku.  Semenjak itu, Kami jarang komunikasi.
****
Satu tahun kemudian Aku lulus dan 6 bulan kemudian Aku diterima di suatu perusahaan di Jakarta, Aku memberi kabar gembira ini kepada Nn, dan Iapun langsung menghubungi Aku.
Tapi dibalik kebahagiaanku ini.  Ibuku mendadak meninggalkan Aku tuk selamanya. Aku kehilangan orang yang paling Aku sayangi. Tempat curhatku setiap saat. Hari-hari Aku sepi dan merasa Aku kehilangan sebagian Nyawaku. Temanku memberi kabar kepada Nn atas meninggalnya Ibuku. Ia terus menghubungi Aku, tapi aku tidak mengangkatnya. Iya, Aku merasa tak mempunyai gairah hidup.

Aku melewati hari-hariku di  Kota besar dengan wajah Ibu yang selalu ada dalam pikiranku. Aku harus berpura-puran dengan semua orang kantor, menutupi kesedihanku.
Saat hatiku sepi, Aku teringat dengan Nn, Aku memberanikan diri sms kepadanya setelah 6 bulan dari kepergiaan Ibuku.  Aku mengucapkan terima kasih dan meminta maaf tidak bisa berbicara saat Ibuku tiada.  Ia memberikan motivasi kepada Aku.
Aku semakin sibuk dengan kerjaanku dan masalah keluargaku, hingga Aku tak lagi menghubunginya. Setelah satu tahun kemudian Aku mengirim sms ke Dia. Ada yang aneh dengan kata-katanya. Aku hanya menebak-nebak. “Jangan-jangan Dia telah menikah?’. Tak berpikir panjang Aku menanyakan hal itu kepadanya, Iapun langsung menjawab ,”Ya, saya telah menikah.” Kalimat itu membuat Aku kaget, sedih, dan bahagia. Aneh memang kedengarannya. Aku sedih karena ketika Aku ingin menjalin komunikasi lagi dan mulai membuka hatiku, Ia telah memiliki orang lain. Aku bahagia karena Ia telah menemukan seseorang yang tepat. Aku berdoa semoga Dia bahagia dengan Istri dan Anaknya. 

Aku selalu ingat dengan apa yang Ia katakan kala itu, “Bukakan Hati Jika ada yang mendekati dan peka terhadap sikap seseorang karena tak semua orang berani mengutarakan perasaannya.


2 komentar:

  1. wah..wah..wah.. dek ratih ini skrg ud pny cowok blum? jgn menyerah ya!!! anggap itu sbg pelajaran yg berarti bwt ku, trus jgn terlalu sombong klo ama cowok, bibit...bebet...bobot adalah hal yg tidak usah terlalu dipikirkan, krn cinta akn mengalahkan semuanya, dan kasih sayang kalian ber dua lah yang nantinya akn menentukan kehdpn kalian selanjutnya...selamt mencari ...GBU

    BalasHapus